Minggu, 18 Desember 2011

Sejarah Sidoarjo (Bab IV - JALAN LEMPANG KE SIDOARJO bagian-I)


Perjalanan Sidoarjo menjadi daerah yang mandiri tidak memerlukan proses yang berbelit. Sebagaimana diketahui, bahwa wilayah Surabaya sangat luas, bahkan sampai ke Pulau Kalimantan. Secara sederhana bisa dikatakan pembentukan Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu cara untuk mempermudah pengawasan terhadap Kabupaten Surabaya setelah pemberontakan Adipati Jayengrana. Dengan penyempitan area Surabaya maka Sidoarjo tidak lagi menjadi bagian Kabupaten Surabaya.

Pada awalnya kota ini bernama Sidokare yang dipimpin oleh seorang patih bernama R. Ng. Djojohardjo, bertempat tinggal di kampung Pucang Anom. Patih ini dibantu oleh seorang wedana yaitu Bagus Ranuwiryo yang berdiam di kampung Panggabahan pada tahun 1851. Pada saat itu Sidokare masih merupakan daerah bagian dari Kabupaten Surabaya.

Untuk membagi daerah Surabaya yang begitu luas, maka pada tahun 1859 pemerintah Belanda menjadi dua. Dasar hukum pembagian ini adalah Keputusan Pemerintah Hindia Belanda no. 9/1859 tanggal 31 Januari 1859 Staatsblad No. 6, yang menyatakan daerah Kadipaten Surabaya dibagi menjadi dua bagian yaitu Kabupaten Surabaya dan Kabupaten Sidokare.


Dengan demikian Kabupaten Sidokare tidak lagi menjadi daerah bagian dari Kabupaten Surabaya dan sejak itu mulai diangkat seorang Bupati utuk memimpin Kabupaten Sidokare yaitu R. Notopuro (R.T.P Tjokronegoro) berasal dari Kasepuhan. Dia adalah putera R.A.P Tjokronegoro Bupati Surabaya, dan bertempat tinggal di kampung Pandean atau juga di sebut Pekauman. Tetenger yang menandai masa pemerintahannya adalah dibangunnya masjid di Pekauman (Masjid Abror sekarang), sedang alun-alunnya pada waktu itu adalah Pasar Lama (sekarang Pertokoan Matahari Store).

Dalam tahun 1859 itu juga, dengan berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 10/1859 tanggal 28 Mei 1859 Staatsblad. 1859 nama Kabupaten Sidokare diganti dengan Kabupaten Sidoarjo.

Berdasarkan surat itu pula Kabupaten Sidoarjo dinyatakan terbentuk yaitu pada tanggal 28 Mei 1859 dengan R.Notopuro (R.T.P Tjokronegoro) sebagai bupati pertama.Batas wilayahnya sesuai dengan batas wilayah Sidoarjo yang sekaran yaitu Sebelah Timur (Selat Madura), Barat (Kabupaten Gresik), Utara (Kabupaten Surabaya) dan Selatan (Kabupaten Pasuruan).

Dalam bidang pemerintahan tersusun menjadi 6 Kawedanan (Distrik) yaitu: Kawedanan Gedangan, Kawedanan Sidoarjo, Kawedanan Krian, Kawedanan Taman Jenggolo, Kawedanan Porong Jenggolo, Kawedanan Bulang.

“Bupati Sidoarjo Era Kolonial”

Semula rumah Kabupaten di daerah kampung Pandean, kemudian Bupati Tjokronegoro I memindahkannya ke Kampung Pucang (Wates).

Adapun tetenger pemindahan ini adalah Masjid Jamik (Masjid Agung), Pesarean Pendem (Asri). Pada tahun 1862, beliau wafat setelah menderita sakit, dan dimakamkan di Pesarean Pendem (Asri).

Sebagai gantinya pada tahun 1863 diangkat kakak almarhum sebagai Bupati Sidoarjo, yaitu Bupati R.T.A.A Tjokronegoro II (Kanjeng Djimat Djokomono), pindahan dari Lamongan.

Pada masa pemerintahan Bupati Tjokronegoro II ini pembangunan pada era sebelumnya mendapat perhatian sangat besar antara lain, meneruskan pembangunan Masjid Jamik yang masih sangat sederhana, perbaikan terhadap Pesarean Pendem dan dibangunnya kampung Magersari.

Pada tahun 1883 Bupati Tjokronegoro pensiun. Pada tahun sama beliau wafat dan dimakamkan di Pesarean Botoputih Surabaya. Sebagai gantinya diangkat R.P Sumodiredjo MASID ABROR (Matahari Deps store) pindahan dari Tulungagung tetapi hanya berjalan 3 bulan karena wafat pada tahun itu juga dan dimakamkan di Pesarean Pendem.


Sebagai gantinya diangkatlah R.A.A.T. Tjondronegoro I sebagai Bupati Sidoarjo. Pada masa pemerintahannya Masjid Jamik diperindah dengan pemasangan marmer.
Pembangunan ini dimulai hari Jum’at Kliwon tanggal 26 Muharrom 1313 H, bertepatan dengan tahun Wawu 1825 dan tanggal 19 Juli 1895. Bagi Pesarean para Bupati serta keluarganya, para penghulu dan segenap ahlul masjid ditetapkan di pekarangan Masjid Jamik (seperti yang kita saksikan sekarang).


bab IV bersambung...

JEJAK SIDOARJO - DARI JENGGALA KE SURINAME

0 komentar:

Template by:
Free Blog Templates