Jumat, 30 Desember 2011

Sejarah Sidoarjo (Bab IV - JALAN LEMPANG KE SIDOARJO bagian-II)


“Sidoarjo di Masa Pancaroba Sejarah”

Pancaroba masa peralihan abad ke-19 ke abad ke-20 ialah ucapan yang lumrah diketengahkan dalam sejarah Sidoarjo, bahwa suatu jiwa zaman (zeitgeist) membentuk kepribadian seseorang dan kelompok masyarakat yang hidup di masa itu. Abad ke-20 bercirikan nasionalisme serta produk perkembangan-nya, yaitu negara nasion. Maka berbicara tentang Kabupaten Sidoarjo tidak lepas dari nasionalisme, dan sebaliknya perkembangan nasionalisme tidak dapat lepas dari peran kepemimpinan yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo.

Beberapa dasawarsa menjelang tahun 1900, Sidoarjo mengalami perubahan ekonomi, sosial dan politik sebagai dampak modernisasi seperti pembangunan komunikasi. Antara lain kereta api, jalan raya, telepon, telegraf, industri pertanian dan pertambangan, edukasi dari sekolah rendah sampai pelbagai pengajaran profesi dalam kedokteran, teknologi pertanian dan lain sebagainya.

Tidak mengherankan apabila timbul peningkatan mobilitas, pendidikan profesi, ekonomi pasar serta ekonomi keuangan dan lain-lain. Kebingungan rakyat dalam menyikapi perubahan itu, menciptakan pada rakyat sejak kira-kira pertengahan abad ke-19 pandangan dunia, seperti gambaran kuno ialah datangnya Kaliyuga atau datangnya kiamat (apocalypse).

Kedatangan akhiring zaman ditandai antara lain oleh “Pulau Jawa sudah berkalung besi” atau adanya rel kereta api, anak yang sudah tahu nilai uang akibat adanya monetisasi, anak tidak lagi mematuhi kata orangtua, dan sebagainya. Adanya kebingungan berubahnya nilai-nilai, karangan pujangga terakhir Ranggawarsita maka dalam serat Kalatida menyatakan “Jamane jaman edan sing ora edan ora keduman... Begja begjane kang lali luwih begja kang eling lan waspada.”


Di sini zaman penuh perubahan nilai-nilai menimbulkan kebingungan, karena orang kehilangan pegangan sehingga kelakuannya serba aneh (seperti orang gila). Orang tidak jujur (korup) menjadi kaya dan yang jujur tidak menjadi kaya akan tetapi yang paling bahagia adalah orang yang tetap ingat (jujur) serta waspada.

Begitulah perubahan. Selalu menyisakan kegamangan, namun sekaligus menawarkan harapan akan lahirnya sesuatu yang baru. Nasionalisme, saat itu menjadi kata yang tiba-tiba menyedot perhatian publik. Sama dengan kata globalisasi di awal abad 21 saat ini.

Menurut H Kohn, nasionalisme adalah suatu state of mind and an act of consciousness. Jadi sejarah pergerakan nasional harus dianggap sebagai suatu history of idea. Dari pernyataan ini secara sosiologis, ide, fikiran, motif, kesadaran harus selalu dihubungkan dengan lingkungan yang konkrit dari situasi sosio-historis.

Pengertian lain dari nasionalisme dapat disebut sebagai social soul atau “mental masyarakat”, sejumlah perasaan dan ide-ide yang kabur”, dan sebagai a sense of belonging. Dan beberapa lagi, pengertian nasionalisme yang lain, yaitu merupakan produk atau antitese dari kolonialisme.

Dari berbagai pengertian di atas tidak terdapat perbedaan yang mendasar, justru menunjukkan persamaan, yaitu semuanya lebih bersifat sosio-psikologis. Ini berarti nasionalisme sebagai suatu bentuk respon yang bersifat sosiopsikologis tidak lahir dengan sendirinya. Akan tetapi lahir dari suatu respon secara psikologis, politis, dan ideologis terhadap peristiwa yang mendahului-nya, yaitu imperialisme atau kolonialisme.

Jika demikian halnya, maka awal terbentuknya nasionalisme lebih bersifat subjektif, karena lebih merupakan reaksi group consciousness, dan berbagai fakta mental lainnya. Dari sekian jumlah penggunaan istilah di atas, semuanya merupakan komponen-komponen keadaan jiwa dan pikiran yang tidak dijelaskan secara rinci perbedaannya. Dengan demikian, akan mengalami kesulitan dalam menggunakannya sebagai terminologi maupun konsep analitis untuk mencari struktur dan sifat-sifat nasionalisme itu sendiri.

Secara analitis, nasionalisme mempunyai tiga aspek yang dapat dibedakan, pertama aspek cognitif, yaitu menunjukkan adanya pengetahuan atau pengertian akan suatu situasi atau fenomena. Dalam hal ini adalah pengetahuan akan situasi kolonial pada segala porsinya aspek goal/value orientation, yaitu menunjukkan keadaan yang dianggap berharga oleh pelakunya.

Nah, yang dianggap sebagai tujuan atau hal yang berharga adalah, memperoleh hidup yang bebas dari kolonialisme; aspek affective dari tindakan kelompok menunjukkan situasi dengan pengaruhnya yang menyenangkan atau menyusahkan bagi pelakunya. Misalnya berbagai macam diskriminasi pada masyarakat kolonial melahirkan aspek affective tersebut.

Apa yang terjadi di Sidoarjo saat itu? Tak lain kesadaran pribumi untuk merdeka, tidak berada di bawah tempurung kolonial, yang semakin menggelora. Para pelajar Sidoarjo mulai merumuskan impian baru tentang ruang hidup mereka. Para pedagang pribumi yang perannya semakin termarginalisasikan, mulai merasakan kesumpekan.

Berdirinya Boedi Oetomo, 1908, Sarekat Islam, NU, Muhammadiyah, Indische Partij, ISDV, PKI dan masih banyak lagi organisasi lain menjadi gairah baru bagi warga Sidoarjo untuk memilihnya sebagai payung rasa nasionalisme yang mereka miliki .

Bahkan di negeri Belanda pun para pelajar Indonesia membentuk Perhimpoenan Indonesia. Belanda menanggapi secara positif, dengan mengeluarkan Bestuurshervormingswet pada 1922, yang membuka peluang bagi pembentukan badan-badan pemerintahan baru dengan mengikut sertakan lebih banyak lagi keterlibatan bumiputera.

Memang, dari segi historis politik kolonial itu menghasilkan hominies novi atau manusia baru. Yaitu priyayi intelegensia yang akan berperan sebagai modernisator atau aktor intelektualis dalam profesionalisme teknologi bidang industri, pertanian, kedokteran, biroktasi, pendidikan, dan sebagainya.

Dalam menyebut pendidikan sebagai unsur politik kolonial, perlu diketengahkan Politik Etis pada awal abad ke-20 dengan trilogi pendidikan wanita, biaya pendidikan, dan pendidikan pada umumnya. Ini langkah pelaksanaan pidato Ratu Wilhelmina pada tahun 1901 serta merupakan perwujudan ekspresi dari edukasi, irigasi, dan emigrasi.

Pada akhir dekade pertama, saat itu dijumpai kultur baru di Sidoarjo, berupa life style tersendiri di tengah masyarakat. Ini sebagai imbas eksisnya kaum priyayi inteligensia serta pimpinan bangsawan atau kaum aristokrasi yang saat diwakili oleh organisasi Boedi Oetomo. Maka, selaras dengan kondisi itu sifat organisasi, gerakannya tidak mungkin radikal.

Sementara, kaum pedagang menengah dan penduduk kota sebagai anggota Muhammadiyah juga lebih bersifat moderat, sedang SI yang mencakup lapisan menengah sampai bawah terdiri atas aneka ragam golongan antara lain golongan petani, golongan pertukangan industrialis rumah tangga, serta pedagang kecil.

Ada pula penganut ideologi merupakan campuran antara gerakan tradisional dan setengah modern kota. Meskipun masih bercorak etnonasionalistis, namun saat itu ditengarai sudah ada komunikasi antara golongan bawah menengah dan atas.


bab IV bersambung...

JEJAK SIDOARJO - DARI JENGGALA KE SURINAME


Rabu, 28 Desember 2011

Mitos Jerawat

1. Mitos: Anda harus menggosok kencang wajah anda supaya bersih.
Mencuci dan menggosok kuat-kuat dapat mengiritasi kulit dan membuat jerawat lebih parah. Cara yang baik adalah dengan sering mencuci dengan air bersih atau bisa dengan menggosok lembut wajah anda dengan sabun khusus jerawat yang lembut.

2. Mitos: Jerawat dapat hilang sendiri
Jerawat dapat dihilangkan dengan menggunakan produk perawatan kulit berkualitas tinggi untuk jerawat yang efektif mengatasi jerawat. Ada tiga tahapan siklus tumbuhnya jerawat, pori-pori yg tersumbat, bakteri dan peradangan.

3. Mitos: Jerawat = Wajar
Meskipun jerawat tidak menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan seseorang, hal itu tidak mempengaruhi cara orang melihat dan dapat mempengaruhi cara orang merasa tentang diri mereka sendiri. Bakteri jerawat yang dapat terjebak dalam pori-pori dan menyebabkan jerawat berkembang biak dengan cepat harus dikontrol. Jerawat harus ditanggapi dengan serius dan dirawat untuk mencegah bekas luka fisik permanen.

4. Mitos: Makan telur dan kacang dapat menimbulkan jerawat
Pernah suatu hari menemani seorang teman ke dokter kulit untuk mengobati jerawatnya, saat sedang diperiksa oleh dokter, saya menanyakan mitos pengaruh telur dan kacang terhadap jerawat, dan dokter itu menyanggahnya bahwa itu hanya mitos.

Itulah mitos jerawat yang sering kita dengar. Jerawat adalah suatu kondisi yang mempengaruhi jutaan orang. Dampaknya tidak hanya fisik, tapi juga emosional. Untungnya, jerawat dapat diobati dan dicegah.

Kamis, 22 Desember 2011

Sebuah Surat Untuk Negeri Indonesia Dari Pejuang Hamas di Gaza

Untuk saudaraku di Indonesia, mengapa saya harus memilih dan mengirim surat ini untuk kalian di Indonesia. Namun jika kalian tetap bertanya kepadaku, mengapa?
Mungkin satu-satunya jawaban yang saya miliki adalah karena negeri kalian berpenduduk muslim terbanyak di punggung bumi ini, bukan demikian saudaraku?

Disaat saya menunaikan ibadah haji beberapa tahun silam, ketika pulang dari melempar jumrah, saya sempat berkenalan dengan salah seorang aktivis dakwah dari jama’ah haji asal Indonesia. Dia mengatakan kepadaku, bahwa setiap tahun ada sekitar 205 ribu jama’ah haji berasal dari Indonesia datang ke Baitullah ini. Wah, sungguh jumlah angka yang sangat fantastis dan membuat saya berdecak kagum.

Lalu saya mengatakan kepadanya, saudaraku, jika jumlah jama’ah haji asal Gaza sejak tahun 1987 sampai sekarang digabung, itu belum bisa menyamai jumlah jama’ah haji dari negara kalian dalam satu musim haji saja.

Padahal jarak tempat kami ke Baitullah lebih dekat dibanding kalian. Wah pasti uang kalian sangat banyak, apalagi menurut sahabatku itu ada 5% dari rombongan tersebut yang memnunaikan ibadah haji yang kedua kalinya, Subhanallah.

Wahai saudaraku di Indonesia

Pernah saya berkhayal dalam hati, kenapa saya dan kami yang ada di Gaza ini, tidak dilahirkan di negeri kalian saja. Pasti sangat indah dan mengagumkan. Negeri kalian aman, kaya, dan subur, setidaknya itu yang saya ketahui tentang negeri kalian.

Pasti ibu-ibu disana amat mudah menyusui bayi-bayinya, susu formula bayi pasti dengan mudah kalian dapatkan di toko-toko dan para wanita hamil kalian mungkin dengan mudah bersalin di rumah sakit yang mereka inginkan.

Ini yang membuatku iri kepadamu saudaraku, tidak seperti di negri kami ini. Tidak jarang tentara Israel menahan mobil ambulan yang akan mengantarkan istri kami melahirkan di rumah sakit yang lebih lengkap alatnya di daerah Rafah.

Sehingga istri kami terpaksa melahirkan di atas mobil, ya di atas mobil saudaraku.!
Susu formula bayi adalah barang langka di Gaza sejak kami diblokade 2 tahun yang lalu, namun istri kami tetap menyusui bayi-bayinya dan menyapihnya hingga 2 tahun lamanya, walau terkadang untuk memperlancar Asi mereka, istri kami rela minum air rendaman gandum.

Namun, mengapa di negeri kalian, katanya tidak sedikit kasus pembuangan bayi yang tidak jelas siapa ayah dan ibunya. Terkadang ditemukan mati di parit-parit, selokan, dan tempat sampah. Itu yang kami dapat dari informasi di televisi.

Dan yang membuat saya terkejut dan merinding, ternyata negri kalian adalah negri yang tertinggi kasus aborsinya untuk wilayah Asia. Astaghfirullah. Ada apa dengan kalian? Apakah karena di negri kalian tidak ada konflik bersenjata seperti kami disini, sehingga orang bisa melakukan hal hina seperti itu? Sepertinya kalian belum menghargai arti sebuah nyawa bagi kami disini.

Memang hampir setiap hari di Gaza sejak penyerangan Israel, kami menyaksikan bayi-bayi kami mati. Namun, bukanlah di selokan-selokan atau got-got apalagi di tempat sampah. Mereka mati syahid saudaraku! Mati syahid karena serangan roket tentara Israel!

Kami temukan mereka tak bernyawa lagi di pangkuan ibunya, di bawah puing-puing bangunan rumah kami yang hancur oleh serangan Zionis Israel. Saudaraku, bagi kami nilai seorang bayi adalah aset perjuangan kami terhadap penjajah Yahudi. Mereka adalah mata rantai yang akan menyambung perjuangan kami memerdekakan negri ini.

Perlu kalian ketahui, sejak serangan Israel tanggal 27 Desember 2009 kemarin, saudara-saudara kami yang syahid sampai 1400 orang, 600 di antaranya adalah anak-anak kami, namun sejak penyerangan itu pula sampai hari ini, kami menyambut lahirnya 3000 bayi baru di jalur Gaza, dan Subhanallah kebanyakan mereka adalah anak laki-laki dan banyak yang kembar, Allahu Akbar!

Wahai saudaraku di Indonesia..

Negri kalian subur dan makmur, tanaman apa saja yang kalian tanam akan tumbuh dan berbuah, namun kenapa di negeri kalian masih ada bayi yang kekurangan gizi, menderita busung lapar. Apa karena sulit mencari rizki disana? Apa negeri kalian diblokade juga?

Perlu kalian ketahui saudaraku, tidak ada satupun bayi di Gaza yang menderita kekurangan gizi, apalagi sampai mati kelaparan, walau sudah lama kami diblokade.

Sungguh kalian terlalu manja! Saya adalah pegawai tata usaha di kantor pemerintahan HAMAS sudah 7 bulan ini belum menerima gaji bulanan saya. Tetapi Allah SWT yang akan mencukupkan rizki untuk kami.

Perlu kalian ketahui pula, bulan ini saja ada sekitar 300 pasang pemuda baru saja melangsungkan pernikahan. Ya, mereka menikah di sela-sela serangan agresi Israel. Mereka mengucapkan akad nikah diantara bunyi letupan bom dan peluru, saudaraku.Dan Perdana Menteri kami, Ust Isma’il Haniya memberikan santunan awal pernikahan bagi semua keluarga baru tersebut.

Wahai saudaraku di Indonesia

Terkadang saya pun iri, seandainya saya bisa merasakan pengajian atau halaqah pembinaan di negeri antum (anda). Seperti yang diceritakan teman saya, program pengajian kalian pasti bagus, banyak kitab mungkin yang kalian yang telah baca. Dan banyak buku-buku pasti sudah kalian baca. Kalian pun bersemangat kan? Itu karena kalian punya waktu.

Kami tidak memiliki waktu yang banyak disini. Satu jam, ya satu jam itu adalah waktu yang dipatok untuk kami disini untuk halaqah. Setelah itu kami harus terjun ke lapangan jihad, sesuai dengan tugas yang diberikan kepada kami.

Kami disini sangan menanti-nantikan saat halaqah tersebut walau hanya satu jam. Tentu kalian lebih bersyukur. Kalian punya waktu untuk menegakkan rukun-rukun halaqah, seperti ta’aruf, tafahum, dan takaful disana.

Halafalan antum pasti lebih banyak daripada kami. Semua pegawai dan pejuang HAMAS disini wajib menghapal Surah Al-Anfal sebagai nyanyian perang kami, saya menghafal di sela-sela waktu istirahat perang, bagaimana dengan kalian?

Akhir Desember kemarin, saya menghadiri acar wisuda penamatan hafalan 30 Juz anakku yang pertama. Ia merupakan diantara 1000 anak yang tahun ini menghafal Al-Qur’an dan umurnya baru 10 tahun. Saya yakin anak-anak kalian jauh lebih cepat menghapal Al-Qur’an ketimbang anak-anak kami disini.

Di Gaza tidak ada SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) seperti di tempat kalian yang menyebar seperti jamur di musim hujan. Disini anak-anak belajar diantara puing-puing reruntuhan gedung yang hancur, yang tanahnya sudah diratakan, diatasnya diberi beberapa helai daun kurma.

Ya, di tempat itu mereka belajar, saudaraku. Bunyi suara setoran hafalan Al-Qur’an mereka bergemuruh dianatara bunyi-bunyi senapan tentara Israel. Ayat-ayat jihad paling cepat mereka hafal, karena memang didepan mereka tafsirnya. Langsung mereka rasakan.

Oh iya, kami harus berterima kasih kepada kalian semua, melihat solidaritas yang kalian perlihatkan kepada masyarakat dunia. Kami menyaksikan aksi demo-demo kalian disini. Subhanallah, kami sangat terhibur.

Karena kalian juga merasakan apa yang kami rasakan disini.Memang banyak masyarakat dunia yang menangisi kami disini, termasuk kalian yang di Indonesia. Namun, bukan tangisan kalian yang kami butuhkan , saudaraku.

Biarlah butiran air matamu adalah catatan bukti akhirat yang dicatat Allah sebagai bukti ukhwah kalian kepada kami. Doa-doa dan dana kalian telah kami rasakan manfaatnya.

Oh iya, hari semakin larut, sebentar lagi adalah giliran saya menjaga kantor, tugasku untuk menunggu jika ada telpon dan fax yang masuk. Insya Allah, nanti saya ingin sambung dengan surat yang lain lagi. Salam untuk semua pejuang-pejuang Islam dan ulama-ulama kalian.

Rabu, 21 Desember 2011

Memohon Nafkah (kaLo kita butuh..datangLah..)

Fadlan datang kepada seorang kyai di kampungnya. Ia merasa bingung. Sudah banyak cara telah ia tempuh, namun rezeki masih tetap sulit ia cari.

Kata orang, rezeki itu bisa datang sendiri, apalagi kalau sudah menikah. Buktinya, sudah 3 tahun ia menikah dan dikarunia dua orang anak, ia masih tetap hidup luntang-lantung tak menentu.

Benar, keluarganya tidak pernah kelaparan sebab tidak ada makanan. Namun kalau terus-terusan hidup kepepet dan tidak punya pekerjaan, rasanya tidak ada kebanggaan diri.

Ia pun datang kepada Kyai Ahmad untuk minta sumbang saran. Kalau boleh sekaligus minta do’a dan pekerjaan darinya. Terus terang, ia sendiri kagum dengan sosok Kyai Ahmad yang amat bersahaja. Tidak banyak yang ia kerjakan, namun dengan anak 9 orang, sepertinya mustahil bila ia tidak pusing memikirkan nafkah keluarga. Tapi nyatanya, sampai sekarang Kyai Ahmad tetap sumringah di mata Fadlan. Tidak pernah ia lihat Kyai Ahmad bermuka muram seperti dirinya. Makanya hari itu, Fadlan datang untuk meminta nasehat kyai tersebut.

“Hidup ini adalah adegan. Kita hanya wayang, sementara dalangnya adalah Gusti Allah! Jadi, manusia itu hidup karena disuruh ‘manggung’ oleh Dalangnya!” Kyai Ahmad membuka penjelasan dengan sebuah ilustrasi ringan.

“Gak mungkin… kalau wayang itu manggung sendiri. Pasti, ia dimainkan oleh Dalang. Sementara selama di panggung, pasti Dalang akan memperhatikan nasib wayang itu! Begitu juga manusia… gak mungkin dia hidup di dunia, tanpa diperhatikan segala kebutuhannya oleh Gusti Allah! Sudah paham belum kamu, Fadhlan?!” Kyai Ahmad mengakhiri penjelasannya dengan sebuah pertanyaan.

“Tapi pak kyai…, kalau Gusti Allah benar menjamin hidup hamba-Nya… kenapa hidup saya seperti sia-sia begini ya… nyari nafkah saja kok susah!” Fadlan menyampaikan keluhnya.

“Oh… itu karena kamu belum datang kepada Gusti Allah. Kalau kamu datang kepada Gusti Allah, hidupmu gak bakal sia-sia!” Kyai Ahmad menambahkan.

Fadhlan belum mengerti betul apa maksud sebenarnya dari kata ‘datang kepada Allah’, ia pun menanyakan gambaran kongkrit tentang hal itu kepada Kyai Ahmad.

Dengan santai Kyai Ahmad menjelaskan, “Fadlan…, semua masalah di dunia ini bakal selesai asal kita datang kepada Allah. Banyak di dunia ini orang yang bermasalah, punya hutang segunung, rezeki sulit, ditimpa berbagai macam penyakit, kemiskinan, kelaparan dan lain-lain… Itu disebabkan karena mereka tidak datang kepada Allah. Kalau saja mereka datang kepada Allah, maka segala masalah mereka terselesaikan!”

“Apakah hanya sesederhana itu, pak Kyai?” Fadlan bertanya dengan nada penasaran. “Ya, hanya sesederhana itu!” Pak kyai menegaskan.


Pak Kyai bercerita, “Pernah terjadi di Rusia di sebuah negeri yang terkenal atheis, seorang pria pergi ke tukang cukur. Saat rambutnya dicukur, ia terserang kantuk. Kepalanya mulai mengangguk-angguk karena kantuk. Tukang cukur merasa kesal, namun untuk membangunkan pelanggannya, si tukang cukur mulai bicara:

‘Pak, apakah bapak termasuk orang yang percaya tentang adanya Tuhan?’

Pelanggan menjawab, ‘Ya, saya percaya adanya Tuhan!’

Agar pembicaraan tak terhenti, si tukang cukur menimpali,

‘Saya termasuk orang yang tidak percaya kepada Tuhan!’

‘Apa alasanmu?’ pelanggan melempar tanya.

‘Kalau benar di dunia ini ada Tuhan, dan sifat-Nya adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, menurut saya tidak mungkin di dunia ada orang yang punya banyak masalah, terlilit hutang, terserang penyakit, kelaparan, kemiskinan dan lain-lain. Ini khan bukti sederhana bahwa di dunia ini tidak ada Tuhan!’ tukang cukur berbicara dengan cukup lantang.

Si pelanggan terdiam. Dalam hati, ia berpikir keras mencari jawaban. Namun sayang, sampai cukuran selesai pun ia tetap tidak menemukan jawaban. Maka pembicaraan pun terhenti. Sementara si tukang cukur tersenyum sinis, seolah ia telah memenangkan perdebatan.

Akhirnya, saat cukuran itu selesai, si pelanggan bangkit dari kursi dan ia berikan ongkos yang cukup atas jasa cukuran. Tak lupa, ia berterima kasih dan pamit untuk meninggalkan tempat. Namun dalam langkahnya, ia masih tetap mencari jawaban atas perdebatan kecil yang baru ia jalani.

Saat berdiri di depan pintu barber shop, ia tarik tungkai pintu kemudian hendak melangkahkan kakinya keluar…. saat itu Allah Swt mengirimkan jawaban padanya.

Matanya tertumbuk pada seorang pria gila yang berparas awut-awutan. Rambut panjang tak terurus, janggut lebat berantakan.

Demi melihat hal sedemikian, pintu barber shop yang tadi telah ia buka maka ditutup kembali. Ia pun datang lagi kepada tukang cukur dan berkata, ‘Pak, menurut saya yang tidak ada di dunia ini adalah TUKANG CUKUR!’ Merasa aneh dengan pernyataan itu, tukang cukur balik bertanya, ‘Bagaimana bisa Anda berkata demikian. Padahal baru saja rambut Anda saya pangkas!’

‘Begini pak, di jalan saya dapati ada orang yang kurang waras. Rambutnya panjang tak terurus, janggutnya pun lebat berantakan. Kalau benar di dunia ini ada tukang cukur, rasanya tidak mungkin ada pria yang berperawakan seperti itu!’ si pelanggan menyampaikan penjelasannya.

Tukang cukur tersenyum, sejenak kemudian dengan enteng ia berkata, ‘Pak… bukan Tukang Cukur yang tidak ada di dunia ini. Masalah sebenarnya adalah pria gila yang Anda ceritakan tidak mau hadir dan datang ke sini, ke tempat saya… Andai dia datang, maka rambut dan janggutnya akan saya rapihkan sehingga ia tidak berperawakan sedemikian!’


Tiba-tiba si pelanggan meledakkan suara, ‘Naaaahhhh…. itu dia jawabannya. Rupanya Anda juga telah menemukan jawaban dari pertanyaan yang Anda lontarkan!’ ‘Apa maksudmu?’ si tukang cukur tidak mengerti dengan pernyataan pelanggannya.

‘Anda khan bilang bahwa di dunia ini banyak manusia yang punya masalah. Kalau saja mereka datang kepada Tuhan, pastilah masalah mereka akan terselesaikan. Persis sama kejadiannya bila pria gila tadi datang kemari dan mencukurkan rambutnya kepada Anda!’”

Kyai Ahmad mengakhiri kisah yang ia sampaikan. Terlihat Fadlan menganggukkan kepala tanda mengerti.

“Jadi…, kamu hanya tinggal memohon saja apa yang kamu inginkan kepada Allah Swt., pasti Allah bakal berikan apa yang kamu pinta!” Kyai Ahmad berkata memberi garansi.

Fadlan sudah mulai yakin, tapi ia masih mengejar dengan satu pertanyaan, “Pak Kyai, saya sudah niat untuk datang dan semakin mengakrabkan diri kepada Allah. Tapi bagaimana caranya ya pak Kyai agar saya bisa memohon nafkah yang cukup kepada Allah?”

Kemudian Pak Kyai membacakan ayat dalam Al Qur’an:

“Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup, dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)”.
(QS. Ali Imran : 26-27)

“Bacalah ayat itu sesering mungkin dan perbanyak doa memohon nafkah serta rezeki yang halal dari Allah Swt. Yakinlah bahwa Allah Swt akan senantiasa menjamin penghidupanmu dan keluarga!” Kyai Ahmad mengakhiri pembicaraan dengan memberi pesan.

Usai pembicaraan dengan Kyai Ahmad, Fadlan merasa yakin bila dirinya hendak mencari nafkah, maka cara termudah yang dapat ia kerjakan hanyalah dengan ‘Datang dan Memohon kepada Pemilik Nafkah!’
Fadlan telah meyakini hal ini.


Bagaimana dengan Anda?

Senin, 19 Desember 2011

Jangan Takut Dengan Supernova


TeLah diketahui besarnya energi yang dikeLuarkan saat supernova meLedak sebagaimana matahari dahuLu terbentuk, kejadian ini menjadi saLah satu teori yang dikemukakan dari para astronom mengenai kemungkinan kiamat yang disebabkan Ledakan ini dan kemungkinan yang dapat terjadi pada tahun 2012 dan akan merusak kehidupan di bumi ini. Akan tetapi dikarenakan jarak yang sangat jauh, para astronom mengatakan dengan yakin bahwa supernova ini tidak akan mengancam kehidupan di bumi.

Para astronom memperkirakan bahwa daLam setiap abad terjadi 2 Ledakan supernova. Menurut astronom, untuk dapat menghancurkan bumi, minimaL supernova berjarak 50 tahun cahaya dari bumi kita, akan tetapi bintang-bintang terdekat yang berpotensi untuk itu berjarak Lebih dari 50 tahun cahaya.
PLanet apapun yang memiLiki kehidupan didaLamnya dan dekat dengan bintang yang sedang mengaLami supernova, maka akan menjadi ancaman serius. Radiasi sinar-X dan gamma dari supernova dapat merusak Lapisan ozon, dimana ozon sendiri adaLah Lapisan bumi yang berfungsi untuk meLindungi kita dari kerusakan yang akan timbuL dari sinar uLtravioLet  (UV) yang dipancarkan matahari. Semakin tipis Lapisan ozon, maka akan semakin banyak sinar UV yang mencapai permukaan bumi. Pada suatu pancaran geLombang uLtravioLet yang teLah mencapai permukaan bumi, maka akan berdampak sangat serius terhadap organisme-organisme yang hidup, termasuk pitopLankton  yang hidup dekat dengan permukaan air Laut. Tentu saja serius, dikarenakan pitopLankton juga makhLuk yang memproduksi oksigen, sedikit saja masaLah terjadi pada organisme ini, maka pLanet ini akan mengaLami ancaman serius.

Jenis Ledakan Lainnya, yaitu Ledakan sinar gamma. Ledakan sinar gamma adaLah Ledakan yang biasanya sering dijumpai bersamaan dengan supernova. Ketika bintang musnah dengan sendirinya, atau setidaknya saat dua neutron bintang2 bertubrukan, akan meLahirkan sebuah Lubang hitam. Saat zat tertentu bergerak ke arah Lubang hitam, maka zat tersebut akan mengaLami percepatan menjadi partikeL dengan kecepatan tinggi yang sangat kuat yang dapat menembus suatu bintang, bahkan sebeLum Lapisan terLuar bintang tersebut muLai runtuh dan apabiLa partikeL dengan kecepatan tinggi ini mengarah ke arah bumi, sateLit Luar angkasa akan mendeteksi Ledakan dari sinar gamma yang berenergi besar di suatu tempat di angkasa. Ledakan ini terjadi setiap harinya dan sangat kuat sehingga Ledakan itu bahkan bisa diLihat waLau berjarak miLiaran tahun cahaya.


Ledakan sinar gamma dapat mempengaruhi bumi sama seperti supernova, dan dengan jarak yang memungkinkan, akan tetapi hanya jika partikeL dengan kecepatan tinggi itu mengarah ke bumi.Para astronom memperkirakan jarak antara Ledakan sinar gamma yang berpotensi dapat mempengaruhi bumi adaLah sekitar 10.000 tahun cahaya. Sejauh ini, Ledakan yang tercatat berjarak 1,3 miLiar tahun cahaya yang dikenaL dengan GRB 031203. PLanet kita sudah pernah mengaLaminya disepanjang sejarah, akan tetapi tidak untuk daLam waktu dekat, apaLagi pada buLan Desember 2012.


Minggu, 18 Desember 2011

Sejarah Sidoarjo (Bab IV - JALAN LEMPANG KE SIDOARJO bagian-I)


Perjalanan Sidoarjo menjadi daerah yang mandiri tidak memerlukan proses yang berbelit. Sebagaimana diketahui, bahwa wilayah Surabaya sangat luas, bahkan sampai ke Pulau Kalimantan. Secara sederhana bisa dikatakan pembentukan Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu cara untuk mempermudah pengawasan terhadap Kabupaten Surabaya setelah pemberontakan Adipati Jayengrana. Dengan penyempitan area Surabaya maka Sidoarjo tidak lagi menjadi bagian Kabupaten Surabaya.

Pada awalnya kota ini bernama Sidokare yang dipimpin oleh seorang patih bernama R. Ng. Djojohardjo, bertempat tinggal di kampung Pucang Anom. Patih ini dibantu oleh seorang wedana yaitu Bagus Ranuwiryo yang berdiam di kampung Panggabahan pada tahun 1851. Pada saat itu Sidokare masih merupakan daerah bagian dari Kabupaten Surabaya.

Untuk membagi daerah Surabaya yang begitu luas, maka pada tahun 1859 pemerintah Belanda menjadi dua. Dasar hukum pembagian ini adalah Keputusan Pemerintah Hindia Belanda no. 9/1859 tanggal 31 Januari 1859 Staatsblad No. 6, yang menyatakan daerah Kadipaten Surabaya dibagi menjadi dua bagian yaitu Kabupaten Surabaya dan Kabupaten Sidokare.


Dengan demikian Kabupaten Sidokare tidak lagi menjadi daerah bagian dari Kabupaten Surabaya dan sejak itu mulai diangkat seorang Bupati utuk memimpin Kabupaten Sidokare yaitu R. Notopuro (R.T.P Tjokronegoro) berasal dari Kasepuhan. Dia adalah putera R.A.P Tjokronegoro Bupati Surabaya, dan bertempat tinggal di kampung Pandean atau juga di sebut Pekauman. Tetenger yang menandai masa pemerintahannya adalah dibangunnya masjid di Pekauman (Masjid Abror sekarang), sedang alun-alunnya pada waktu itu adalah Pasar Lama (sekarang Pertokoan Matahari Store).

Dalam tahun 1859 itu juga, dengan berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 10/1859 tanggal 28 Mei 1859 Staatsblad. 1859 nama Kabupaten Sidokare diganti dengan Kabupaten Sidoarjo.

Berdasarkan surat itu pula Kabupaten Sidoarjo dinyatakan terbentuk yaitu pada tanggal 28 Mei 1859 dengan R.Notopuro (R.T.P Tjokronegoro) sebagai bupati pertama.Batas wilayahnya sesuai dengan batas wilayah Sidoarjo yang sekaran yaitu Sebelah Timur (Selat Madura), Barat (Kabupaten Gresik), Utara (Kabupaten Surabaya) dan Selatan (Kabupaten Pasuruan).

Dalam bidang pemerintahan tersusun menjadi 6 Kawedanan (Distrik) yaitu: Kawedanan Gedangan, Kawedanan Sidoarjo, Kawedanan Krian, Kawedanan Taman Jenggolo, Kawedanan Porong Jenggolo, Kawedanan Bulang.

“Bupati Sidoarjo Era Kolonial”

Semula rumah Kabupaten di daerah kampung Pandean, kemudian Bupati Tjokronegoro I memindahkannya ke Kampung Pucang (Wates).

Adapun tetenger pemindahan ini adalah Masjid Jamik (Masjid Agung), Pesarean Pendem (Asri). Pada tahun 1862, beliau wafat setelah menderita sakit, dan dimakamkan di Pesarean Pendem (Asri).

Sebagai gantinya pada tahun 1863 diangkat kakak almarhum sebagai Bupati Sidoarjo, yaitu Bupati R.T.A.A Tjokronegoro II (Kanjeng Djimat Djokomono), pindahan dari Lamongan.

Pada masa pemerintahan Bupati Tjokronegoro II ini pembangunan pada era sebelumnya mendapat perhatian sangat besar antara lain, meneruskan pembangunan Masjid Jamik yang masih sangat sederhana, perbaikan terhadap Pesarean Pendem dan dibangunnya kampung Magersari.

Pada tahun 1883 Bupati Tjokronegoro pensiun. Pada tahun sama beliau wafat dan dimakamkan di Pesarean Botoputih Surabaya. Sebagai gantinya diangkat R.P Sumodiredjo MASID ABROR (Matahari Deps store) pindahan dari Tulungagung tetapi hanya berjalan 3 bulan karena wafat pada tahun itu juga dan dimakamkan di Pesarean Pendem.


Sebagai gantinya diangkatlah R.A.A.T. Tjondronegoro I sebagai Bupati Sidoarjo. Pada masa pemerintahannya Masjid Jamik diperindah dengan pemasangan marmer.
Pembangunan ini dimulai hari Jum’at Kliwon tanggal 26 Muharrom 1313 H, bertepatan dengan tahun Wawu 1825 dan tanggal 19 Juli 1895. Bagi Pesarean para Bupati serta keluarganya, para penghulu dan segenap ahlul masjid ditetapkan di pekarangan Masjid Jamik (seperti yang kita saksikan sekarang).


bab IV bersambung...

JEJAK SIDOARJO - DARI JENGGALA KE SURINAME

Sabtu, 17 Desember 2011

Vesta, asteroid atau pLanet?





Vesta teLah ditemukan sekitar 2000 tahun LaLu, akan tetapi sampai saat ini, hanya terLihat sebagai benda Langit yang kabur, dan beranggapan benda ini masih Lebih besar Lagi, dengan permukaan batuan. Namun saat ini pesawat Luar angkasa teLah mengungkapkan kompLeksivitas dari "dunia kuno" ini.
"Kita teLah meLihat gunung-gunung yang sangat besar, bukit-bukit, Lembah-Lembah, tebing-tebing, paLung-paLung, kawah-kawah dengan berbagai ukuran, dan juga daratan." kata Chris Russell, kepaLa investigasi UCLA. "Vesta bukanLah sebuah boLa batu sederhana. Ini adaLah dunia yang kaya akan sejarah geometri dan ini adaLah sdikit cerita untuk diungkapkan Lebih Lanjutl!"

Faktanya, asteroid itu sangat kompLeks, sehingga RusseLL dan timnya menyebut asteroid sebagai "pLanet kerdiL."


Vesta memiLiki permukaan besi, kata RusseLL, dan fitur dari permukaannya menandakan bahwa asteroid ini berbeda dengan bumi, Merkuri, Mars, dan Venus.

Perbedaan adaLah apa yang terjadi ketika bagian daLam dari pLanet mendapatkan panas yang cukup untuk meLeLeh, memisahkan materiaL-materiaL menjadi Lapisannya. MateriaL yang Lebih ringan mengapung ka atas, sementara materiaL Lain seperti besi dan nikeL akan tenggeLam ke daLam inti pLanet. Para peneLiti percaya bahwa proses semacam ini juga terjadi pada Vesta

Keadaan itu dimuLai sekitar 4,57 miLiar tahun LaLu, saat pLenet-pLanet pada sistem tata surya muLai membentuk dari nebuLa purba. Saat pembentukan pLanet Jupiter, kekuatan dari pLanet Jupiter mempengaruhi materiaL dari sabuk asteroid, sehingga objek2 Luar angkasa disekitarnya tidak dapat menyatu. Pada saat itu Vesta berada pada saat proses pembentukannya saat pLanet Jupiter mempengaruhinya.

Meski pertumbuhan asteroid Vesta teLah dihaLangi, tetap saja dianggap berbeda dengan pLanet pada umumnya.

"Kita percaya bahwa sistem tata surya teLah menerima hantaman radioaktif dari unsur aLumunium dan besi dari Ledakan supernova terdekat saat Vesta sedang terbentuk." jeLas RuseLL. "MateriaL-materiaL ini merusak dan memberikan panasnya. Saat asteroid sedang menggabungkan materiaL-materiaL untuk menjadi bentuk boLa batu besar, saat itu juga asteroid menjebak panas daLam di daLamnya."

Saat permukaan Vesta meLeLeh, materiaL yang Lebih ringan menuju permukaan, membentuk gunung-gunung, dan aLiran Lava.

"Kami pikir Vesta teLah memiLiki gunung api dan aLiran Lava saat itu, meskipun kami beLum menemukan gunung api purba disana" jeLas RuseLL. "Kami masih meneLitinya. Daratan Vesta terLihat serupa dengan daratan Hawaii, dengan terdapat Lava basaL yang mengeras seteLah mengaLir ke permukaan."

Vesta memiLiki kesamaan dengan pLanet pada umumnya, dan  mungkin bisa dikLasifikasikan Lagi bukan sebagai asteroid, namun sebagai pLanet kerdiL.

Rekor Wanita Terpendek di Dunia Tahun 2011

Dengan hanya memiLiki tinggi 2 kaki, Jyoti Amge of Nagpur pada hari Jum'at 16 Desember 2011 dinobatkan menjadi wanita terpendek di dunia.


Guinnes WorLd Record, yang kita kenaL sebagai pencatat rekor dunia kemudian datang ke India saat uLang taun Amge ke-18 untuk mengambiL ukuran akhir dari Amge dan mencatatnya sebagai rekor baru yang pada rekor sebeLumnya dipegang oLeh Bridgette Jordan, 22 tahun asaL Amerika Serikat yang memiLiki tinggi 2 kaki 3 inchi.


ULang tahun Amge dirayakan di Nagpur dengan kue dan tamu dari Guinness. Amge yang mengenakan sari ungu dan pacar (bunga), berdiri untuk menerima sertifikat penghargaan dari Guinness Book of Record yang tingginya hampir sama dengan tinggi Amge.


Amge yang memiLiki tinggi 2 kaki, 0,06 inchi ini hampir sama ukurannya dengan bayi berumur 2 tahun, Amge Lahir dengan mengidap penyakit kerdiL dengan nama AchondropLasia. Akan tetapi Amge sama dengan gadis-gadis Lain yang berumur 18 tahun, dia bersekoLah di SMA dan bercita-cita ingin menjadi bintang BoLLywood. Amge akan membintangi 2 fiLm BoLLywood tahun depan menurut Guinness.


"Sangat menyenangkan merayakan uLangtahun ke-18 dengan rekor di tangan. Ini seperti hadiah uLangtahun tambahan", kata Amge. "Saya merasa hebat dengan ukuran seperti ini, dan jika saja saya tidak mendapatkan rekor ini mungkin saya tidak akan bisa jaLan-jaLan ke Jepang dan Eropa dan negara-negara Indah Lain."


Rekor wanita terpendek pertama kaLi didapat oLeh PauLine Musters yang meninggaL pada tahun 1895 dengan tinggi 2 kaki.

Sejarah Sidoarjo (Bab III - KERIS PEMBERONTAKAN SANG ADIPATI)

Umpama Adipati Jayenggrana pejabat yang “sendiko dawuh” pada Sri Sunan Pakubuwono dan Belanda, bisa jadi Sidoarjo masih berada di wilayah administrasi Surabaya dan masih bernama Sidokare. Tetapi karena sang Adipati memilih mengambil jarak dengan dua penguasa itu, maka ia terbunuh di usia muda.

Dengan terbunuhnya Jayenggrana Belanda memecah wilayah Surabaya. Dan salah satunya pecahannya berbentuk kabupten Sidoarjo. Kelahiran “jabang bayi” Sidoarjo tidak butuh jalan yang berpilin. Cukup dengan dua lembar surat keputusan Belanda.

Satu surat untuk menyatakan sebagai Kabupaten dan surat lain untuk mengubah nama dari Sidokare menjadi Sidoarjo. Untuk memerintah kabupaten baru ini diangkatlah Notopuro (R.T.P Tjokronegoro) yang berasal dari Kasepuhan Surabaya sebagai Bupati pertama.

Sidoarjo merupakan basis ekonomi pertanian yang sangat kuat. Terbukti dengan beberapa pabrik gula dan beberapa jalur rel kereta api di Sidoarjo. Keberadaan pabrik gula ini memang membuat Sidoarjo sebagai kekuatan ekonomi, tetapi juga menyisakan permasalahan yang berbuntut perlawanan dari penduduk Sidoarjo.


Akhir abad ke 17 Surabaya menjadi kadipaten yang mempunyai wilayah kekuasaan yang luas. Pada waktu itu kadipaten ini mencakup daerah Pasuruan, Madura, sebagian Kalimantan bagian selatan, Sedayu, Bojonegoro dan Sidoarjo (yang pada saat itu bernama kawedanan Sidokare).

Secara administratif Surabaya berada di bawah kekuasaan Kasunanan Surakarta Hadinigrat. Seperti yang telah diketahui setelah perjanjian Giyanti, pulau Jawa dikuasai oleh dua kerajaan besar yang dalam istilah Belanda di sebut Vorstenlanden. Masing-masing adalah Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.

Surabaya adalah kota yang penuh dengan catatan-catatan pemberontakan. Dan hampir semua pemberontakan itu padam setelah pemimpinnya terbunuh atau dibunuh. Sebut saja pemberontakan Pangeran Pekik (Adipati Surabaya yang diangkat Mataram), pada tahun 1625 Surabaya ditaklukkan Mataram yang pada waktu itu di perintah Amangkurat 1.

Penaklukan ini dilakukan sebagai hukuman terhadap Pangeran Pekik yang dianggap ingin mendirikan Surabaya menjadi daerah yang otonom dari Mataram dan Belanda. Pemberontakan selanjutnya adalah Trunojoyo seorang pangeran dari Madura. Dalam proses pemberontakannya Trunojoyo berhasil mengendalikan dan menguasai daerah pesisir utara sampai dengan lereng Kelud. Semua pemberontakan itu mengarahkan taringnya pada Kasunanan Solo yang dianggap lemah terhadap Belanda.

Pemberontakan-pemberontakan ini tidak berasal dari kalangan borjuis saja, pada tahun 1671 Untung Soerapati, seorang kebanyakan, melakukan pembangkangan dengan mengobarkan perang dari Pasuruan.


Untung Surapati ini bisa dikatakan berhasil dari pada pemberontakan sebelumnya. Karena ia tidak saja mampu bertahan lama (1686 -1706) , tapi juga bisa mendirikan sebuah pemerintahan mandiri yang lepas dari pengaruh Surakarta dan Surabaya. Bahkan ia berhasil mengusir kedudukan Tumenggung Onggojoyo di Pasuruan di tahun 1686.

“Pembangkangan Adipati”

Adipati Jayenggrana adalah putra dari Onggowongso, Tumenggung Surabaya yang masih saudara kandung dari Tumenggung Onggojoyo di Pasuruan. Jayenggrana (atau juga di sebut Janggrana) selain merupakan cucu langsung dari Ki Ageng Brondong dan juga masih paman tokoh pemberontak Sawunggaling.

Sejak awal adipati muda ini mengambil jarak dengan pihak Keraton Kasuhunan Surakarta.Hal ini karena Sunan Paku Buwono bersikap lemah terhadap Belanda. Karenanya ia juga bersikap lemah kepada setiap pemberontakan yang ditujukan ke Surakarta. Ketika Untung Surapati mengamuk dan menguasai Pasuruan, Adipati Jayenggrana tidak ambil pusing, bahkan cenderung membiarkan. Juga ketika pemberontakan ini menguncang kedudukan Tumenggung Onggojoyo yang tak lain adalah paman dari Adipati Jayenggrana sendiri.

Sikap Adipati Jayenggrana yang non kooperatif ini membuat Belanda dan Kasuhunan kerepotan. Apalagi dengan lemahnya sikap Jayenggrana kepada pemberontakan Untung Surapati yang terang-terangan menantang kekuasaan Surakarta dan Belanda dengan mendirikan kerajaan di Pasuruan. Kedua pihak itu menganggapnya sebagai orang yang pantas disingkirkan.

Pada tahun 1706 pemberontakan Untung Surapati berakhir dengan tewasnya tokoh tersebut dalam perangan melawan Belanda di daerah Bangil. Dengan tumpasnya pemberontakan itu, tiga tahun kemudian, tepatnya pada 7 Februari 1709 Kompeni Belanda memaklumatkan dua tuntutan kepada Adipati Jayenggrana, yaitu; Pertama, Penyerahan kekuasaan atas daerah Wirosobo dan Japanan. Kedua, pencabutan hak atas daerah Sedayu dan Jipang (Bojonegoro).




Adipati Jayenggrono menolak dua tuntutan itu. Karena ia tahu tujuan dari Belanda adalah mempersempit daerah kekuasaan Surabaya atas wilayah-wilayah diatas. Karena dengan luasnya daerah Surabaya akan menimbulkan kesulitan bagi Belanda untuk mengontrolnya selain juga bertujuan memperkecil peran Adipati Jayenggrana secara politis. Penolakan ini dianggap sebagai sebuah pembangkangan terhadap Kasuhunan dan Belanda. Dengan demikian Belanda membariskan serdadunya untuk menggempur Surabaya.


Jika Belanda ingin menghukum Adipati Jayenggrana dengan kekerasan, tidak demikian dengan Keraton Surakarta. Karena jika memahami tipikal orang pesisir, penyikapan dengan kekerasan akan menimbulkan kekerasan baru. Pada tanggal 26 Februari 1709 Adipati Jayengrana di panggil untuk menghadap Sunan Pakubuwono.

Ternyata ini adalah taktik Kasuhunan untuk menyingkirkan Sang Adipati. Di kisahkan oleh Dukut Imam Widodo dalam buku Surabaya Tempo Doeloe, Adipati Jayenggrana memenuhi panggilan itu dengan berpakaian putih-putih dan berpengiringkan sekitar empat puluh orang saja. Sesampai di keraton, Adipati Jayenggrana memasuki keraton seorang diri setelah memerintahkan para pengiringnya menunggu di alunalun.

Pada jam sembilan pagi saat Jayenggrana akan melintasi gerbang tiba-tiba muncul belasan perajurit Kasunanan yang mengepung dan menyerangnya hingga menemui ajal. Bersamaan dengan itu ratusan prajurit lain mengepung pengiring Jayenggrana yang ketahuan mulai beringas melihat junjungannya mati. Adipati Jayenggrana terbunuh pada usia 34 tahun.

JEJAK SIDOARJO - DARI JENGGALA KE SURINAME

Jumat, 16 Desember 2011

Sejarah Sidoarjo (BAB II - PASAR BESAR BERNAMA JENGGALA)

Dibandingkan Dhaha, faktor ekonomi Kerajaan Jenggala tumbuh sangat pesat. Jenggala menguasai sungai-sungai bermuara termasuk Bandar dagang di Sungai Porong memberikan income yang besar bagi kerajaan. Selain itu juga membuat Jenggala lebih di kenal oleh manca Negara karena Bandar dagang peninggalan Airlangga ini (berdasarkan catatan kerajaan China) adalah Bandar dagang kedua terbesar dan ramai setelah Sriwijaya.

Tetapi Bandar dagang ini juga menjadi bibit perselisihan dengan Dhaha yang hanya menguasai sungai tanpa muara. Sebab bagi Dhaha sangat tergantung dengan hasil Agrokultur ini tidak mempunyai pasar yang cukup memadai bagi hasil buminya, karena pasar besar adalah Jenggala.

Kata Jenggala di percaya berasal dari ucapan salah untuk Ujung Galuh. Walaupun saat ini Ujung Galuh lebih menunjukkan suatu tempat di Surabaya atau Tuban. Tetapi untuk hubungan kalimat Jenggala dengan Ujung Galuh bisa dilihat dari catatan Pedagang China yang menuliskan Jenggala dengan Jung-ga-luh. Misalnya pedagang Chou ku fei yang datang pada tahun 982 Saka (1060 M) menuliskan: Negara asing yang merupakan lumbung padi terbesar saat itu adalah Jung-ga-luh (Jenggala) dan San-fo-tsi (Sriwijaya).

Raja-raja Jenggala di antaranya Lembu Amiluhung (Sri Jayantaka). Sri Jayantaka adalah putra Airlangga dari selir. Ia mulai memerintah di Jenggala mulai tahun 1042 M. Pada masa pemerintahannya, Jenggala mengalami jaman keemasan sekaligus jaman kecemasan.

Dikatakan jaman keemasan karena pada masa itu Jenggala mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi dari hasil Bandar Dagang Porong. Sementara dilain pihak Jenggala juga di cemaskan oleh ancaman serangan oleh Dhaha bila Bandar dagang itu tidak diserahkan ke Dhaha. Kecemasan itu cukup beralasan mengingat kekuatan militer Dhaha lebih kuat dari pada Jenggala.

Raja lainnya adalah Sri Maharaja Mapanji Garasakan (1044 - 1052). Pada masa pemerintahan Mapanji Garasakan, kerajaan Jenggala mengalami kemunduran akibat serangan dari Dhaha yang saat itu diperintah oleh Kameswara 1 (Inu Kertapati). Karena serangan itu pusat kerajaan Jenggala di tarik lebih ke Utara, diperkirakan sekarang berada di daerah Lamongan.

Bukti perpindahan pusat kerajaan itu dapat dilihat pada Prasasti Kembang Putih, Malengga yang ditemukan di daerah Tuban. Pada periode selanjutnya kerajaan Jenggala beribukota di Lamongan. Tibalah Mapanji Alanjung Ahyes berkuasa (1052 - 1059). Jenggala di bawah Mapanji Alanjung Ahyes tetap berpusat di Lamongan. Pada masa pemerintahannya sering di lancarakan serangan secara sporadis kepada pendudukan Dhaha.

Sri Samarotsaha adalah raja Jenggala terakhir sebelum kerajaan itu hilang dari pengamatan sejarah. Pusat kerajaan tetap di daerah Lamongan. Setalah tahun 1059 keberadaan Jenggala seperti hilang di telan bumi.

Batas kerajaan Jenggala adalah sesuai dengan batas Kerajaan Kahuripan sebelah utara. Dalam hal ini batas daerah kekuasaan Jenggala meliputi Timur (Bali), Tenggara (Pasuruan), Barat daya (Kudus).


“Jenggala di Sidoarjo?”

Sebenarnya dalam proses penulisan sejarah Jenggala kita akan terbentur pada pertanyaan, Dimanakah letak kraton Kerajaan Jenggala? Apakah di Sidoarjo ataukah di kota lain? Sebab ada beberapa fakta yang mendukung rentetan pertanyaan itu.

Di antara pertanyaan itu; Satu, belum ditemukannya situs-situs sejarah yang menyatakan kraton Jenggala berada di Sidoarjo. Kedua, tidak adanya pernyataan dari kitab-kitab kuno bahwa kraton Jenggala ada di Sidoarjo. Ketiga, adanya klaim dari beberapa tempat diluar daerah Sidoarjo yang menyatakan sebagai kraton Jenggala, misalnya Prasasti Kembang putih yang ditemukan di Lamongan.

Sebagai sebuah catatan : istilah Jenggala pada awalnya adalah untuk menunjukkan sebuah tempat, Ujung Galuh, dan baru dipakai menjadi nama kerajaan setelah peristiwa pembelahan Kahuripan.

Untuk menentukan di mana letak kutaraja (kraton) Jenggala, tulisan ini menggunakan masa pemerintahan Sri jayantaka sebagai rujukan, yang mana kraton Jenggala ditempatkan di wilayah Sidoarjo.

Adapun pertimbangannya adalah karena pada masa Sri Jayantaka yang Cuma tiga tahun itu, kerajaan Jenggala masih merupakan sebuah struktur pemerintahan yang otonom dan aktif. Artinya Jenggala pada waktu itu masih punya wilayah, pusat pemerintahan, pusat militer, fasilitas umum dan masih memegang kendali perkembangan Bandar dagang di sungai Porong.

Sedangkan untuk masa setelah Sri Jayantaka, Jenggala lebih berbentuk komunitas-komunitas kecil yang tersebar di beberapa daerah di Jawa Timur. Termasuk juga pada pemerintahan Mapanji Garasakan dan Alanjung ayes yang masih memimpin perlawanan terhadap Kediri secara sporadis.

Selain merujuk pada masa pemerintahan Sri Jayantaka, fakta lain yang menunjukkan hubungan Sidoarjo dengan Jenggala adalah; Pertama, sebuah tulisan dari Kitab Negarakertagama yang menceritakan perjalanan dinas Hayam Wuruk untuk meninjau tiga daerah yang berdekatan yaitu Jenggala, Surabaya dan Bawean. Adapun kalimat dalam kitab tersebut adalah: Yen ring Jenggala ki sabha nrpati ring Curabhaya melulus mare Buwun (Jika raja berada di Jenggala, beliau pasti mengunjungi Surabaya sebelum ke Bawean).

Kedua, pada masa pemerintahan Mataram, wilayah Sidoarjo masih di sebut Jenggala. contohnya kawedanan di Sidoarjo diistilahkan Jenggala 1, Jenggala 2 dan seterusnya. Dengan beberapa fakta di atas bisa dikatakan bahwa kraton Jenggala pada mulanya ada wilayah Sidoarjo. Pertanyaan selanjutnya adalah di wilayah Sidoarjo sebelah manakah kraton Jenggala berdiri? Ada beberapa pendapat yang berlainan mengenai keberadaan kraton Jenggala. tulisan ini hanya menghimpun pendapat-pendapat itu.

Menurut buku sejarah Sidoarjo yang di himpun PAPENSE (Panitia Penggalian Sejarah Sidoarjo, tahun 1970), letak kraton dari Jenggala berada di sekitar sungai Pepe. Hal ini dibuktikan dengan penemuan beberapa arca di lokasi itu. Pada saat ini lokasi yang diyakini kraton Jenggala itu berada di wilayah Kecamatan Gedangan.

Lain halnya dengan Totok Widiardi yang menyatakan bahwa kraton Jenggala berada di sekitar alun-alun. Tepatnya berada di lokasi yang kini menjadi rumah dinas Bupati Sidoarjo. Pendapat ini mendasarkan bukti tentang adanya patung katak raksasa dan arca Bathara Ismaya (Semar) yang masih berada di sana hingga tahun 1975.

Sampai saat ini kepastian di mana persis nya posisi kraton Jenggala masih misterius. Karena selain tidak adanya penelitian untuk itu juga belum ditemukannya situs purbakala yang menunjukkan bekas Kraton Jenggala. Di tambah lagi tidak adanya kitab-kitab peninggalan Jenggala.

“Pusat-Pusat Militer”

Sebenarnya kurang tepat bila disebut pusat militer, karena sebenarnya konsentrasi militer Jenggala (yang bisa terlacak saat ini) lebih bertujuan mengamankan Kutaraja (kraton) Jenggala.

















Adapun pusat militer Jenggala dibagi dalam beberapa sektor-sektor sebagai berikut: sektor utara;  kondisi geografis muara sungai Brantas memecah menjadi 9 sungai, yaitu: Krembangan, Mas, Pegirian, Greges, Anak, Bokor, Pecekan, Anda dan Palaca. Kesembilan sungai itu membentuk rawa dan delta-delta. Batas paling Selatan dari muara Brantas ada di Wonokrmo, begitu juga garis pantai selat Madura.

Di sebelah Utara, militer Jenggala terpusat di daerah Wonokromo, Surabaya. Mengingat garis pantai pada saat itu adalah Wonokromo. Tujuan penempatan militer di posisi ini adalah untuk menghadang musuh dari utara. Selain itu juga berfungsi untuk mengawasi orang-orang hukuman (straafkoloni) yang di Surabaya. Perlu diketahui bila Surabaya mulai jaman Mataram Hindu (abad 9) sudah menjadi semacam “Nusa Kambangan” bagi para orang buangan. Komunitas perantaian yang di buang di situ terdiri dari narapidana, orang gila, cacat mental, cacat jasmani, tawanan perang dan perampok.

Di sektor tengah pusat militer Janggala diperkirakan berada di daerah Larangan (sekarang wilayah Kecamatan Candi). Peristiwa yang mendukung perkiraan itu adalah penemuan beberapa benda purbakala pada saat penggalian pondasi untuk Pasar Larangan yang terjadi di tahun 1980-an. Benda-benda purbakala itu berbentuk Binggal (gelang lengan), pedang, perhiasan dan rompi perang. Dari penemuan benda-benda keprajuritan itu beberapa orang sejarahwan menyimpulkan bahwa daerah Larangan dulunya merupakan komplek militer Jenggala. Walau pun hal itu harus dibuktikan dengan penelitian yang lebih lanjut, tetapi setidaknya akan membantu kita merekonstruksi komplek kraton Jenggala.

Di sebelah Selatan Jenggala menempatkan Miiternya di daerah Gempol. Tentu saja hal ini di maksudkan untuk melindungi asset ekonomi kerajaan Jenggala yaitu Bandar dagang Porong. Karena bagaimana pun juga bandar dagang ini merupakan keuntungan geografis yang menyumbang income terbesar bagi dana kerajaan. Selain itu juga dimaksudkan untuk mempertahankan Kutaraja dari  serangan musuh yang datang dari selatan, terutama Kediri yang terangterangan menuntut hak kepemilikan bandar dagang di Porong.

Beberapa pusat aktifitas Jenggala lainnya di antaranya diperkirakan dari proses persamaan kata (lingua franca). Dari proses persamaan kata ini, kita akan mendapati beberapa fakta bahwa pusat IPTEK Kerajaan Jenggala diperkirakan di kawasan kecamatan Taman. Tempat rekreasi bagi bagi putraputri kerajaan diperkirakan di daerah Tropodo. Sementara itu Perpustakaan Kerajaan Jenggala (dalam sebuah riwayat di sebut Gedung Simpen) berada di Desa Entalsewu, Kecamatan Buduran. Sebuah sumber menyatakan lokasi perpustakaan ini berdasarkan lingua franca, kata Ental dengan TAL. Tal adalah sejenis pohon yang daunnya digunakan menjadi alat tulis-menulis, adapun daun pohon Tal secara jamak disebut RONTAL (Ron; daun, Tal; pohon Tal).

Sedangkan kata sewu (seribu) dibelakangnya lebih menunjukkan jumlah yang banyak. Menurut sumber itu TAL SEWU berarti menunjukkan jumlah naskah-naskah yang banyak di sebuah tempat. 

Masih berdasar lingua franca, pusat religi dan spiritual Jenggala diperkirakan berada di kawasan Buduran. Sebuah sumber mengkaitkan ini dengan kata Budur yang dalam Sansekerta berarti Biara. Kata Budur yang berarti biara ini bisa kita lihat dari kata Borobudur yang berarti biara yang tinggi (Boro: tinggi, Budur: Biara). Bila kata Budur ber-lingua franca dengan biara, maka Buduran berarti sebuah komplek berkumpulnya satu atau lebih biara. Dengan kata lain Kecamatan Buduran di masa Jenggala adalah pemukiman bagi pemuka-pemuka agama.



“Pusat Bisnis: Bandar Sungai Porong”

Pada masa pemerintahan Sri Jayantaka, bandar dagang di Porong sedang dalam puncaknya. Konon bandar dagang ini dikatakan terbesar kedua setelah Sriwijaya. Banyaknya orang-orang asing yang berdagang semakin menunjukkan bandar dagang ini diperhitungkan di dunia internasional. Boleh jadi lahirnya bandar dagang ini merupakan babak baru bagi perjalanan sejarah Jawa.

Pada awalnya, kerajaan di Jawa bersifat agraris dan berada di lereng-lereng gunung. Segala aktifitas pemerintahan banyak dilakukan di sana. Tingkat interaksi dengan dunia luar tidak secepat Sriwijaya. Dengan keberadaan bandar dagang ini secara tidak langsung memindahkan kerajaan gunung ke kerajaan Pantai. Merubah budaya agraris dengan budaya merkantilis (perdagangan).

Ada dua orang dari negeri Cina yang sempat mencatat keberadaan Bandar dagang Porong. Menurut Chou Yu Kua, Bandar dagang di Porong merupakan sebuah pelabuhan yang besar dengan pajak murah dan kantor-kantor dagang yang berjejer dengan suasana yang menyenangkan. Kantor-kantor dagang itu mengurusi palawija, emas, gading, perak dan kerajinan tangan yang selalu disenangi dan dikagumi orang Ta-shi (Arab). Pusat perdagangan berada di tempat yang bernama Yeo-thong (Jedong, sekarang wilayah Ngoro). Di belakangnya ada gunung dengan sembilan puncak yang selalu diselimuti kabut tebal. Gunung yang bernama Pau-lian-an (Penanggungan) itu menjadi pedoman navigasi kapal yang akan masuk pelabuhan Porong.

Chou Ku Fei, seorang Pedagang, menuliskan kondisi subur tanah Jung-ga-luh (Jenggala) yang banyak dikelilingi sungaisungai besar yang tembus dampai di gunung Pau-lain-an (Penanggungan). Sedangkan Bandar dagang di Porong banyak didatangi oleh para pedagang dari Cina, Arika, Thailand, Tashi (Arab) yang mengimpor beras, kayu Cendana, Kayu Gaharu dan bunga-bunga kering seperti Kenanga dan Melati.

“Runtuhnya Jenggala”

Seperti yang telah dikemukakan bahwa Bandar dagang Porong merupakan sumber perselisihan yang mengarah pada pertumpahan darah. Sri Jayawarsa yang memerintah Kediri (Dhaha) menuntut kepada kerajaan Jenggala agar Bandar dagang di Porong diserahkan pada Dhaha. Tuntutan ini ditolak oleh Raja Jenggala yang mendasarkan pada hasil pembelahan Kahuripan di Jaman Airlangga. Atas jawaban ini raja Dhaha mengancam akan merebut Bandar dagang Porong dan menyerbu Jenggala dengan kekuatan militer. Patut diketahui dalam bidang militer Dhaha lebih unggul dari pada Jenggala. Karenanya dapat dipastikan bila terjadi perang maka Jenggala akan berada di pihak yang kalah.

Untuk menghindari terjadinya peperangan saudara ini, dan juga untuk agar Bandar dagang Porong dikuasai dua kerajaan, maka diusulkan untuk menggelar perkawinan antar dua putra mahkota. Dua orang itu adalah Inu Kertapati anak raja Jenggala, dan Dewi Sekartaji putri. Perkawinan ini diharapkan bisa mereda ketegangan antara Jenggala dan Dhaha.

Tetapi konsensus yang digagas itu kenyataannya tidak berjalan mulus. Walaupun Dewi Sekrataji sangat mencintai Inu Kertapati, tetapi Inu kertapati ternyata tidak mencintai sepupunya itu. Ia lebih memilih Dewi Anggaraini anak patih Jenggala. akibatnya ketegangan memuncak lagi. Kerajaan Dhaha kembali mengancam akan membumi hanguskan Jenggala bila perkawinan politik itu gagal. Oleh Kecemasan akan serbuan Dhaha itu, raja Jenggala membuat kebijakan dengan membunuh Dewi Anggraini. Sehingga diharapkan perkawinan antara Inu Kertapati dan Dewi Sekartaji bisa berjalan Lancar.

Namun permasalahan tidak berhenti disini. Sedih karena kematian kekasihnya, Inu Kertapati diam-diam meninggalkan istana Jenggala. Ia pergi berkelana. Sedangkan Dewi Sekartaji yang merasa malu karena Inu Kertapati lebih mencintai oranglain juga melakukan hal yang serupa. Sekartaji (atau juga disebut Galih Candra Kirana) meninggalkan Dhaha.

Dari perjalanan ini pula timbul sebuah legenda Jawa yang terkenal sampai sekarang, Ande-ande lumut. Dimana dalam cerita itu Inu Kertapati di simbolkan sebagai Ande-ande Lumut, seorang jejaka anak pungut Mbok Rondo Dadapan yang membuat hati para gadis takluk. Sedangkan Dewi Sekartaji disimbolkan sebagai Klenting Kuning, seorang anak pungut yang disia-siakan saudara dan ibu tirinya, tetapi pada akhirnya ia yang dipilih Ande-ande lumut menjadi istri.

Perjalanan kedua putra mahkota ini juga di tulis oleh Mpu Dharmaja, seorang pujangga Dhaha, dalam kekawin Asmaradahana pada pemerintahan Kameswara 1.

Kemudian mereka melaksanakan pernikahan di Dhaha dan Inu Kertapati Marak dinobatkan menjadi Raja Dhaha dengan gelar Kamesywara 1 (1115-1130), bergelar Sri maharaja rake sirikan sri Kameswara Sakalabhuwanatustikarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa, lencana kerajaan berbentuk tengkorak bertaring yang disebut Chandrakapala, dan adanya mpu Dharmaja yang telah menggubah kitab Asmaradahana (berisi pujian yang mengatakan raja adalah titisan dewa Kama, ibukota kerajaan bernama Dahana yang dikagumi keindahannya oleh seluruh dunia, permaisuri yang sangat cantik bernama Dewi Candhra Kirana). Mereka dalam kesusasteraan Jawa terkenal dalam cerita Panji. Dengan dinobatkannya Inu Kertapati sebagai Raja Dhaha maka kerajaan Jenggala dan Dhaha disatukan. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1045 M. Terhitung dari tahun ini Jenggala sebagai kerajaan Besar pelan-pelan menutup buku sejarah.

“Kemana Perginya Pelarian Jenggala?”

Dengan diangkatnya Inu Kertapati menjadi raja di Dhaha, maka secara tidak langsung wilayah Kahuripan yang sebelumnya terpecah dapat disatukan lagi. Hanya saja wilayah itu tidak dibawah bendera Jenggala tetapi bendera Kerajaan Dhaha. Bisa dikatakan bahwa pada saat itu Kerajaan Jenggala mulai surut. Raja-raja Jenggala setalah Sri Jayantaka menarik Kerajaan lebih ke jauh di Utara.

Sejarah masih bisa melacak keberadaan Jenggala hingga tahun 1059, peristiwa ini bisa dilihat dari prasasti Kembang Putih di Lamongan. Prasasti ini menulisakn bahwa kraton Jenggala berada di sebelah utara sungai Lanang. Kraton ini berada di sana sampai dengan pemerintahan raja Jenggala terakhir Sri Samarattongga. setelah itu Jenggala hilang dari panggung sejarah. Sampai saat ini masih belum didapat sebuah sumber yang menjelaskan secara tepat perginya orang Jenggala setelah 1059. Apakah mereka dari raja hingga rakyatnya habis ditumpas bala tentara Dhaha ataukah orang-orang Jenggala itu hijrah ke tempat lain?

“Sebuah Mitologi Candi Pari”

Salah satu cagar budaya yang bisa dikatakan utuh sampai sekarang adalah Candi Pari. Candi yang terletak di kecamatan Porong ini di bangun pada jaman Majapahit atau seperti yang tertulis pada 1293 C (1371 M ). Candi Pari yang terletak di ketinggian 4,42 meter di atas permukaan air laut ini memiliki area luas mencapai 1310 meter persegi. Sementara bangunan induknya terletak di sisi timur area.

Ada dua versi cerita tentang Candi Pari yang saling bertolak belakang. Di satu versi Candi Pari di sebut sebagai bangunan persembahan untuk Ratu Campa, atau lebih tepatnya sebagai tempat persinggahan sang ratu bila ingin mengunjungi saudaranya di Majapahit.

Sedangkan di versi kedua, Candi Pari menjadi simbol pembangkangan rakyat sekitar candi terhadap penarikan upeti dari Majapahit yang saat itu diperintah Hayam Wuruk (Rajasa Negara). Menurut versi ini kondisi daerah di Candi Pari adalah hutan rimba. Adalah Jaka Pandelegan (konon masih anak Prabu Brawijaya dari perselingkuhannya dengan seorang gadis desa bernama Ni Jinjingan) yang berjasa menyulap daerah hutan menjadi daerah pertanian yang makmur. Kemakmuran itu membuat Majapahit menuntut upeti dengan jumlah yang tinggi. Jaka Pandelegan yang merasa tidak berhutang budi
dengan Majapahit menolak tuntutan itu.






Hasil pertanian tidak diserahkan ke Majapahit tetapi untuk kepentingan masyarakat di daerah itu. Majapahit yang sedang jaya itu menganggap sikap Jaka Pandelegan sebagai tantangan terhadap bala tentaranya. Untuk itu Majapahit kemudian mengirim pasukan untuk menangkap dan menghukum Jaka
Pandelegan.

Singkat cerita pasukan itu sampai di desa Jaka Pandelegan. Mereka bergerak cepat untuk menangkap tokoh yang dianggap pembangkang itu. Jaka Pandelegan lari menghindari tangkapan prajurit Majapahit dan melompat di tumpukan padi, di sana ia muksa.

Merasa tidak bisa menangkapnya, prajurit Majapahit bergerak untuk menangkap istri Jaka Pandelegan yang bernama Nyi Walang Angin. Sama dengan suaminya, wanita itu berlari dan menceburkan diri di sebuah sumur di sebelah selatan tumpukan padi itu, disana ia juga tidak pernah ditemukan. Untuk mengenang suami istri yang berjasa pada daerah itu maka didirikanlah Candi Pari di bekas tumpukan Padi dan Candi Sumur di daerah itu.

Seperti yang telah diutarakan di atas bahwa kedua versi itu saling bertolak belakang. Salah satu versi melambangkan Candi Pari sebagai persembahan bagi penguasa, sedangkan versi satunya menjadikan Candi Pari sebagai simbol bagi perlawanan terhadap penguasa. Walaupun berbeda setidaknya kedua versi itu akan saling melengkapi, apalagi jika mau kita menggali, mengumpulkan dan mendokumentasi kejadian masa lampau.

JEJAK SIDOARJO - DARI JENGGALA KE SURINAME

Template by:
Free Blog Templates